Jumat, 27 Juni 2014

Cintaku tak Serumit Batik Jogja

TAK SERUMIT BATIK JOGJA

Saat sinar bulan telah tergantikan oleh matahari, kokok suara ayam saling bersahutan menandakan malam telah berganti pagi hari. Udara sejuk berselimut kabut tebal yang lembut membuat setiap tetesnya menjadi bermakna. Okay, seperti hari – hari sebelumnya, ku awali aktifitasku dengan pergi ke sekolah. Perkenalkan aku adalah seorang siswa yang masih duduk di bangku SMA tepatnya di SMA Negeri 2 Yogyakarta. Saat ini aku duduk di kelas XII.IPA.3 dan namaku Syivania Narendra, teman - temanku biasa memanggilku Nara.
            Pagi itu ketika langkah kecilku hampir sampai di depan gerbang sekolah , aku melihat dua orang sahabatku telah menungguku. Mereka adalah sahabat dekatku. Dimas dan Safa, entah memang kita berjodoh atau hanya suatu kebetulan saja. Perlu kalian ketahui sejak kita SMP sampai SMA kita selalu bersama dalam satu sekolah dan anehnya kita selalu satu kelas. Senang rasanya bisa bersama dan deket terus dengan mereka, meskipun terkadang mereka suka jail dan menyebalkan.
            Dimas, sahabat aku yang satu ini menurutku dia baik, perhatian sama temannya, pinter . Kalau soal tampang aslinya kalau dia bisa keren dikit dia kelihatan ganteng banget karena dia terlalu polos dandanannya jadi seperti anak cupu begitu, padahal dia itu punya bentuk tubuh yang proporsional banget untuk seorang cowok. Mungkin dia seperti itu karena dia anak satu – satunya, jadi manja . Kalau Safa beda lagi , dia itu imut, cuek, bisa di bilang pinter kalau dia lagi serius. Dia itu paling suka mengikat rambutnya dengan berbagai model, setiap hari selalu ada aja ikatan model rambut yang menghiasi rambutnya. Menarik , biasanya model ikatan rambut yang bagus bisa jadi transenter di sekolah. Saking kreatifnya jadi begitu , setiap kali model rambutnya itu bisa membuat dia makin cantik. Kalau aku sendiri menurut teman – temanku dan sahabatku aku itu pintar,cantik, mandiri tapi tomboy dan satu lagi aku itu paling susah bilang kata “iya” kalau ada cowok menyatakan cinta. Karena menurut aku pacaran itu tidak akan ada gunanya kalau hanya untuk mainan. Pacaran itu akan lebih berkesan apabila orang yang benar – benar kita pilih adalah cinta pertama dan terakhir kita. Kisah itu tidak akan terlupakan kalau kita mengalami itu semua.
            Tettt...tettt...tettt ... bel masuk sekolah telah terdengar sampai ke telingaku. Aku dan kedua sahabatku bergegas masuk kelas. Hari ini jam pertama adalah fisika, guru fisika yang satu ini adalah salah satu guru yang paling galak, soalnya beliau sangat disiplin dan tidak mau menerima satu alasan apapun kalau muridnya tidak mengerjain PR. Beliau bernama Pak Taufan, dengan kumis tebal dan badan gemuk beliau menambah keseraman pada diri beliau. Parahnya hari itu aku lupa mengerjakan PR dari pak Taufan, soalnya tadi malam aku harus membantu ibuku membuat pesanan baju dengan motif batik khas Jogja. Tahu sendiri kan batik Jogja itu ribetnya seperti apa. Kembali  lagi ke pak Taufan, ketika di tanya siapa yang tidak mengerjakan PR dengan berat hati aku mengangkat tangan. Langsung saja hukuman itu beliau berikan padaku, membersihkan kamar mandi  yang berada di antara kelas XII.IPA dan XII.IPS . Aku bergegas melaksanakan hukuman itu , setengah jam mulai berlalu tiba – tiba saja ada musuh bebuyutan aku dari SMP datang dengan 2 orang temannya, Dia kelas XII.IPS 4 meskipun berbeda jurusan tetapi tetap 1 sekolah bagiku itu masih menjadi masalah dan musibah buatku.
            Saat dia tau aku sedang mendapat hukuman, senyumannya semakin melebar. Senyum kebahagiaan melihatku berkeringat karena hukuman itu. Di ejek aku olehnya.
“ kesini temen – temen, ini ada pembersih toilet baru di sekolah kita, cantik tapi sayangnya bau keringat toilet sekolah, hahaha”. Ucap Sisil dengan bahagianya.
“ hahaha, kalau bersih – bersih jangan tanggung – tanggung sekalian tu di kuras” Sahut teman Sisil yang super centil itu.
“hahahaha”.  Tawa mereka bertiga.
            Tak satu katapun yang mereka keluarkan dari mulut mereka aku hiraukan. Mungkin karena aku sudah terbiasa dengan ocehan Sisil. Aku hanya diam dan melanjutkan hukumanku. Kejahilan Sisil semakin menjadi, tempat sampah d sebelah kamar mandi di tuang d hadapanku, spontan saja aku marah dan tangan ini hampir melayang di pipi mulus si Sisil.
“ Sisil apa – apaan kamu ini, aku ini sudah capek, jangan menambah aku makin capek. Dasar orang tidak punya perasaan”. Ucapku dengan emosi
“ Terus kalau kamu capek aku harus peduli begitu?memang kamu siapa, orang tidak penting juga. “ jawab Sisil tanpa merasa bersalah.
Aku meninggalkan Sisil begitu saja saat aku mendengar bunyi bel tanda jam pelajaran telah berganti,bel tersebut juga menandakan bahwa hukuman aku sudah selesai.
            Setiap pulang sekolah, aku selalu menyempatkan datang ke toko butik milik ayahku. Dengan mengayunkan sepedahku secara perlahan sampailah aku di sana. Saat aku masuk aku menghampiri ayahku yang sedang berbicara dengan seseorang yang tidak pernah aku lihat sebelumnya.
“Assalamualaikum ayah” .
“Waalaikumsallam Nara, sini nak masuk”.
“Ayah siapa orang ini? Mengapa dia memakai seragam pekerja dari toko kita ?” tanyaku dengan spontan.
“O ...ya nara ..Ayah lupa memperkenalkan kamu pada pegawai baru ayah.”
“Nara perkenalkan, ini Reno “.
“Hai, aku Reno”.  ( menyodorkan tangannya padaku )
“Hai Reno aku Nara”. Ucapku sambil tersenum
Ketika perkenalan itu aku baru sadar kalau Reno itu orangnya ganteng. Semenjak ada Reno di toko butik ayahku  aku lebih sering mampir ke sana. Semakin hari kita semakin akrab, Reno selalu mengajarkanku  membuat batik yang baik dan benar, selain itu aku dan Reno selalu bersama untuk mengantarkan pesanan baju batik ke tempat pemesan.  Reno juga sering mengajakku keluar meskipun hanya sekedar untuk makan malam atau mengajakku ke tempat – tempat yang indah untuk meihat pemandangan. Karena terlalu sering aku jalan barsama Reno, aku sampai tak pernah kumpul lagi dengan sahabatku Dimas dan Safa.
Beberapa minggu kemudian saat di sekolah Dimas dan Safa meminta penjelasan padaku. Dengan melontarkan beberapa pertanyaan. Tiba – tiba Safa bertanya padaku
“ Nara mengapa akhir – akhir ini kamu berubah? Kamu selalu menolak jika aku dan Dimas mengajak kamu keluar”.
“Mungkin Nara sudah punya teman spesial kata lainnya sih cowok..”.
 “Benarkah apa yang di katakan oleh Dimas, Nara ?”. Mengapa kamu tidak cerita pada kita?”.
“Stoooppp... oke aku akan cerita , memang aku saat ini dekat dengan seorang laki – laki. Laki – laki itu adalah Reno pegawai baru di toko butik ayahku. Tetapi aku hanya berteman dengannya. Meskipun pada kenyataanya aku merasa nyaman kalau ada di dekatnya aku suka sama Reno saat aku pertama kali melihatnya”.
“Benarkah itu Nara? Aku senang melihat kamu seperti ini. Ternyata kamu bisa jatuh cinta juga ya,hehehe . Aku kira kamu tidak bakalan bisa jatuh cinta.” Jawab Safa dengan senang tetapi sedikit mengejekku.
“ Ahhh... kamu itu Fa, aku kan juga manusia, pasti bisalah merasakan jatuh cinta,hehe”.
            Di sisi lain saat Dimas mendengar penjelasanku dia pergi begitu saja.
“ Eh Dimas kamu mau kemana? Fa kenapa itu Dimas main kabur begitu saja?”. Tanyaku heran
“ Aku juga kurang tau Ra, mungkin itu anak lagi dapet,hehe”. Jawab Safa dengan gurauannya.
“ Ada – ada aja kamu Fa”.
Tanpa menghiraukan Dimas aku dan Safa pergi ke kantin sekolah.
            Di tempat lain tepatnya di taman sekolah di bangku di bawah pohon dimas duduk dengan muka sedihnya. Dimas berfikir apakah bisa Nara suka padanya seperti dia suka pada Nara?.
“ Nara perlu kamu tahu, sebenarnya aku suka sama kamu. Mendengarkan penjelasanmu tadi membuat aku sakit hati Nara”.  Ucap Dimas dalam hati.
Begitulah dimas, tidak punya nyali buat mengungkapkan suatu hal.
            Dengan hati yang senang aku ayuh sepedahku secara cepat, karena aku sudah tidak sabar untuk bertemu Reno. Baru saja aku meletakkan sepedahku, Reno langsung mengandeng tanganku dan mengajakku kesuatu tempat. Di sebuah taman yang indah dipenuhi dengan bunga bunga cantik. Reno bertanya padaku.
“ Menurutmu tempat ini bagus tidak kalau buat menyatakan cinta kepada seorang wanita?”
“ Bagus, pas banget suasananya romantis, memang kenapa?”
“ rencananya malam ini aku akan menyatakan cintaku pada seseorang yang sudah lama dekat denganku.”
“ Siapa orang itu ?.”
“Temanku sejak SMP , valeria namanya”.
            Sontak perasaan ini hancur mendengar pernyataan itu,aku salah mengartikan perhatian dan kebaikan Reno yang telah dia berikan padaku selama ini, ternyata Reno hanya menganggap aku sebagai adiknya tidak lebih. Setelah pulang dari taman itu dan kembali ke toko butik ayahku, aku memutuskan untuk pergi ke taman di mana aku sering berkumpul di sana bersama sahabatku. Dengan perasaan sedih aku mengayuh sepedaku menuju taman. Ku parkirkan sepedaku dan berjalan ke arah ayunan, dari sebrang aku melihat Dimas sedang duduk dan terlihat sedih. Aku pun menghampiri Dimas
“ Hai Dimas, sedang apa kamu di sini?”.
“ Eh...Nara, tidak apa – apa hanya ingin ke sini saja,kalau kamu?.
Aku ceritakan semua kejadian yang aku alami bersama Reno tadi. Dan Dimas berkata.
“ Sudahlah Nara, mungkin Reno bukan orang terbaik buat kamu. Pasti ada orang lain yang bisa lebih ngertiin kamu, aku misalnya”.
“Kamu? Maksutnya apa Dimas?”
“Mungkin ini memang terdengar konyol dan tidak masuk akal, tapi memang ini kenyataannya. Nara sebenarnya aku sayang banget sama kamu, aku cinta sama kamu. Aku ingin aku dan kamu lebih dari teman dan sahabat”.
“Dimas kamu ngomong apa sih? Lagi sakit ya kamu itu”.
“ Tidak Nara aku bersungguh – sungguh “. Maukah kamu jadi pacar aku, untuk cinta pertama dan terakhir aku Nara?”.
“Aku belum bisa menjawabnya Dimas, tolong beri aku waktu untuk berfikir!”
“Baiklah Nara, aku akan menunggu jawaban darimu”.
            Setelah kejadian itu, aku langsung cerita kepada Safa, Safa setuju apabila aku dengan Dimas. Karena kami sudah tau bagaimana sifat Dimas, tetapi aku masih bingung dengan perasaanku , memang aku sayang terhadap Dimas tapi sebagai sahabat.hari demi hari Dimas agak berubah dengan tampil lebih keren dan gaya dia tampak lebih ganteng, sampai – sampai Sisil jadi suka sama Dimas. Sisil selalu deketin dimas, tapi Dimas selalu menghindar dari Sisil karena merasa risi dengan kecentilan Sisil. Sejak mengungkapkan perasaanya padaku dia makin perhatian padaku dan membuatku merasa nyaman saat di dekatnya. Suatu ketika dia mengungkapkan perasaannya lagi padaku, di kantin sekolah dia naik ke atas meja dan berkata.
“Nara maukah kau jadi pacarku? Kau adalah cinta pertamaku dan aku yakin kau juga cinta terakhirku”.
Teman – temanku saat itu semua berteriak “terima..terima...terima,” begitu juga sahabatku Safa. Dengan malu aku menganggukkan kepalaku dan berkata
 “iya Dimas aku mau”.
 Dimas turun dan langsung memelukku. Keberanian Dimas yang membuat aku salut padanya, aku ga pernah menyangka Dimas bisa berubah menjadi seseorang yang lebih baik. Akhirnya aku menjadi pacar Dimas,dan untuk Safa dia masih Sahabat kami, selalu bersama kami, dan masih sering berkumpul dengan kami. O ... ya Safa juga tengah dekat dengan seorang laki – laki anak XII.IPS , Doain aja semoga mereka bisa cepet jadian biar aku dan Safa bisa double date,hehehe.
  Cinta sulit untuk di tebak dan di mengerti, yang aku mengerti cinta datang karena terbiasa, hanya butuh waktu untuk mengerti akan cinta yang sesungguhnya. Itulah cerita cintaku di bangku SMA , kisah cinta yang menurutku tak serumit batik Jogja. Bagaimana tidak, cinta yang selama ini aku tunggu ternyata sudah lama di hadapanku. Sahabatku sendiri, yang selalu ada buat aku. Kini telat menjadi bagian dari hidupku dan bodohnya aku yang tidak menyadari akan kehadiran cinta itu.

0 komentar:

Posting Komentar