TAK SERUMIT BATIK JOGJA
Saat sinar bulan telah
tergantikan oleh matahari, kokok suara ayam saling bersahutan menandakan malam
telah berganti pagi hari. Udara sejuk berselimut kabut tebal yang lembut
membuat setiap tetesnya menjadi bermakna. Okay, seperti hari – hari sebelumnya,
ku awali aktifitasku dengan pergi ke sekolah. Perkenalkan aku adalah seorang
siswa yang masih duduk di bangku SMA tepatnya di SMA Negeri 2 Yogyakarta. Saat
ini aku duduk di kelas XII.IPA.3 dan namaku Syivania Narendra, teman - temanku
biasa memanggilku Nara.
Pagi
itu ketika langkah kecilku hampir sampai di depan gerbang sekolah , aku melihat
dua orang sahabatku telah menungguku. Mereka adalah sahabat dekatku. Dimas dan
Safa, entah memang kita berjodoh atau hanya suatu kebetulan saja. Perlu kalian
ketahui sejak kita SMP sampai SMA kita selalu bersama dalam satu sekolah dan
anehnya kita selalu satu kelas. Senang rasanya bisa bersama dan deket terus
dengan mereka, meskipun terkadang mereka suka jail dan menyebalkan.
Dimas,
sahabat aku yang satu ini menurutku dia baik, perhatian sama temannya, pinter .
Kalau soal tampang aslinya kalau dia bisa keren dikit dia kelihatan ganteng
banget karena dia terlalu polos dandanannya jadi seperti anak cupu begitu, padahal
dia itu punya bentuk tubuh yang proporsional banget untuk seorang cowok.
Mungkin dia seperti itu karena dia anak satu – satunya, jadi manja . Kalau Safa
beda lagi , dia itu imut, cuek, bisa di bilang pinter kalau dia lagi serius.
Dia itu paling suka mengikat rambutnya dengan berbagai model, setiap hari
selalu ada aja ikatan model rambut yang menghiasi rambutnya. Menarik , biasanya
model ikatan rambut yang bagus bisa jadi transenter di sekolah. Saking kreatifnya
jadi begitu , setiap kali model rambutnya itu bisa membuat dia makin cantik.
Kalau aku sendiri menurut teman – temanku dan sahabatku aku itu pintar,cantik,
mandiri tapi tomboy dan satu lagi aku itu paling susah bilang kata “iya” kalau
ada cowok menyatakan cinta. Karena menurut aku pacaran itu tidak akan ada
gunanya kalau hanya untuk mainan. Pacaran itu akan lebih berkesan apabila orang
yang benar – benar kita pilih adalah cinta pertama dan terakhir kita. Kisah itu
tidak akan terlupakan kalau kita mengalami itu semua.
Tettt...tettt...tettt
... bel masuk sekolah telah terdengar sampai ke telingaku. Aku dan kedua
sahabatku bergegas masuk kelas. Hari ini jam pertama adalah fisika, guru fisika
yang satu ini adalah salah satu guru yang paling galak, soalnya beliau sangat
disiplin dan tidak mau menerima satu alasan apapun kalau muridnya tidak mengerjain
PR. Beliau bernama Pak Taufan, dengan kumis tebal dan badan gemuk beliau
menambah keseraman pada diri beliau. Parahnya hari itu aku lupa mengerjakan PR
dari pak Taufan, soalnya tadi malam aku harus membantu ibuku membuat pesanan
baju dengan motif batik khas Jogja. Tahu sendiri kan batik Jogja itu ribetnya
seperti apa. Kembali lagi ke pak Taufan,
ketika di tanya siapa yang tidak mengerjakan PR dengan berat hati aku
mengangkat tangan. Langsung saja hukuman itu beliau berikan padaku,
membersihkan kamar mandi yang berada di
antara kelas XII.IPA dan XII.IPS . Aku bergegas melaksanakan hukuman itu ,
setengah jam mulai berlalu tiba – tiba saja ada musuh bebuyutan aku dari SMP
datang dengan 2 orang temannya, Dia kelas XII.IPS 4 meskipun berbeda jurusan
tetapi tetap 1 sekolah bagiku itu masih menjadi masalah dan musibah buatku.
Saat
dia tau aku sedang mendapat hukuman, senyumannya semakin melebar. Senyum
kebahagiaan melihatku berkeringat karena hukuman itu. Di ejek aku olehnya.
“ kesini temen – temen, ini ada
pembersih toilet baru di sekolah kita, cantik tapi sayangnya bau keringat
toilet sekolah, hahaha”. Ucap Sisil dengan bahagianya.
“ hahaha, kalau bersih – bersih jangan
tanggung – tanggung sekalian tu di kuras” Sahut teman Sisil yang super centil
itu.
“hahahaha”. Tawa mereka bertiga.
Tak
satu katapun yang mereka keluarkan dari mulut mereka aku hiraukan. Mungkin
karena aku sudah terbiasa dengan ocehan Sisil. Aku hanya diam dan melanjutkan
hukumanku. Kejahilan Sisil semakin menjadi, tempat sampah d sebelah kamar mandi
di tuang d hadapanku, spontan saja aku marah dan tangan ini hampir melayang di
pipi mulus si Sisil.
“ Sisil apa – apaan kamu ini, aku ini
sudah capek, jangan menambah aku makin capek. Dasar orang tidak punya perasaan”.
Ucapku dengan emosi
“ Terus kalau kamu capek aku harus
peduli begitu?memang kamu siapa, orang tidak penting juga. “ jawab Sisil tanpa
merasa bersalah.
Aku meninggalkan Sisil begitu saja saat
aku mendengar bunyi bel tanda jam pelajaran telah berganti,bel tersebut juga
menandakan bahwa hukuman aku sudah selesai.
Setiap
pulang sekolah, aku selalu menyempatkan datang ke toko butik milik ayahku.
Dengan mengayunkan sepedahku secara perlahan sampailah aku di sana. Saat aku
masuk aku menghampiri ayahku yang sedang berbicara dengan seseorang yang tidak
pernah aku lihat sebelumnya.
“Assalamualaikum ayah” .
“Waalaikumsallam Nara, sini nak masuk”.
“Ayah siapa orang ini? Mengapa dia
memakai seragam pekerja dari toko kita ?” tanyaku dengan spontan.
“O ...ya nara ..Ayah lupa memperkenalkan
kamu pada pegawai baru ayah.”
“Nara perkenalkan, ini Reno “.
“Hai, aku Reno”. ( menyodorkan tangannya padaku )
“Hai Reno aku Nara”. Ucapku sambil
tersenum
Ketika perkenalan itu
aku baru sadar kalau Reno itu orangnya ganteng. Semenjak ada Reno di toko butik
ayahku aku lebih sering mampir ke sana.
Semakin hari kita semakin akrab, Reno selalu mengajarkanku membuat batik yang baik dan benar, selain itu
aku dan Reno selalu bersama untuk mengantarkan pesanan baju batik ke tempat
pemesan. Reno juga sering mengajakku
keluar meskipun hanya sekedar untuk makan malam atau mengajakku ke tempat –
tempat yang indah untuk meihat pemandangan. Karena terlalu sering aku jalan barsama
Reno, aku sampai tak pernah kumpul lagi dengan sahabatku Dimas dan Safa.
Beberapa minggu
kemudian saat di sekolah Dimas dan Safa meminta penjelasan padaku. Dengan
melontarkan beberapa pertanyaan. Tiba – tiba Safa bertanya padaku
“ Nara mengapa akhir – akhir ini kamu
berubah? Kamu selalu menolak jika aku dan Dimas mengajak kamu keluar”.
“Mungkin Nara sudah punya teman spesial
kata lainnya sih cowok..”.
“Benarkah
apa yang di katakan oleh Dimas, Nara ?”. Mengapa kamu tidak cerita pada kita?”.
“Stoooppp... oke aku akan cerita ,
memang aku saat ini dekat dengan seorang laki – laki. Laki – laki itu adalah
Reno pegawai baru di toko butik ayahku. Tetapi aku hanya berteman dengannya.
Meskipun pada kenyataanya aku merasa nyaman kalau ada di dekatnya aku suka sama
Reno saat aku pertama kali melihatnya”.
“Benarkah itu Nara? Aku senang melihat
kamu seperti ini. Ternyata kamu bisa jatuh cinta juga ya,hehehe . Aku kira kamu
tidak bakalan bisa jatuh cinta.” Jawab Safa dengan senang tetapi sedikit
mengejekku.
“ Ahhh... kamu itu Fa, aku kan juga
manusia, pasti bisalah merasakan jatuh cinta,hehe”.
Di
sisi lain saat Dimas mendengar penjelasanku dia pergi begitu saja.
“ Eh Dimas kamu mau kemana? Fa kenapa itu
Dimas main kabur begitu saja?”. Tanyaku heran
“ Aku juga kurang tau Ra, mungkin itu
anak lagi dapet,hehe”. Jawab Safa dengan gurauannya.
“ Ada – ada aja kamu Fa”.
Tanpa menghiraukan Dimas aku dan Safa
pergi ke kantin sekolah.
Di
tempat lain tepatnya di taman sekolah di bangku di bawah pohon dimas duduk
dengan muka sedihnya. Dimas berfikir apakah bisa Nara suka padanya seperti dia
suka pada Nara?.
“ Nara perlu kamu tahu, sebenarnya aku
suka sama kamu. Mendengarkan penjelasanmu tadi membuat aku sakit hati
Nara”. Ucap Dimas dalam hati.
Begitulah dimas, tidak punya nyali buat
mengungkapkan suatu hal.
Dengan
hati yang senang aku ayuh sepedahku secara cepat, karena aku sudah tidak sabar
untuk bertemu Reno. Baru saja aku meletakkan sepedahku, Reno langsung
mengandeng tanganku dan mengajakku kesuatu tempat. Di sebuah taman yang indah
dipenuhi dengan bunga bunga cantik. Reno bertanya padaku.
“ Menurutmu tempat ini bagus tidak kalau
buat menyatakan cinta kepada seorang wanita?”
“ Bagus, pas banget suasananya romantis,
memang kenapa?”
“ rencananya malam ini aku akan
menyatakan cintaku pada seseorang yang sudah lama dekat denganku.”
“ Siapa orang itu ?.”
“Temanku sejak SMP , valeria namanya”.
Sontak
perasaan ini hancur mendengar pernyataan itu,aku salah mengartikan perhatian
dan kebaikan Reno yang telah dia berikan padaku selama ini, ternyata Reno hanya
menganggap aku sebagai adiknya tidak lebih. Setelah pulang dari taman itu dan
kembali ke toko butik ayahku, aku memutuskan untuk pergi ke taman di mana aku
sering berkumpul di sana bersama sahabatku. Dengan perasaan sedih aku mengayuh
sepedaku menuju taman. Ku parkirkan sepedaku dan berjalan ke arah ayunan, dari
sebrang aku melihat Dimas sedang duduk dan terlihat sedih. Aku pun menghampiri
Dimas
“ Hai Dimas, sedang apa kamu di sini?”.
“ Eh...Nara, tidak apa – apa hanya ingin
ke sini saja,kalau kamu?.
Aku ceritakan semua kejadian yang aku
alami bersama Reno tadi. Dan Dimas berkata.
“ Sudahlah Nara, mungkin Reno bukan
orang terbaik buat kamu. Pasti ada orang lain yang bisa lebih ngertiin kamu,
aku misalnya”.
“Kamu? Maksutnya apa Dimas?”
“Mungkin ini memang terdengar konyol dan
tidak masuk akal, tapi memang ini kenyataannya. Nara sebenarnya aku sayang
banget sama kamu, aku cinta sama kamu. Aku ingin aku dan kamu lebih dari teman
dan sahabat”.
“Dimas kamu ngomong apa sih? Lagi sakit
ya kamu itu”.
“ Tidak Nara aku bersungguh – sungguh “.
Maukah kamu jadi pacar aku, untuk cinta pertama dan terakhir aku Nara?”.
“Aku belum bisa menjawabnya Dimas,
tolong beri aku waktu untuk berfikir!”
“Baiklah Nara, aku akan menunggu jawaban
darimu”.
Setelah
kejadian itu, aku langsung cerita kepada Safa, Safa setuju apabila aku dengan
Dimas. Karena kami sudah tau bagaimana sifat Dimas, tetapi aku masih bingung
dengan perasaanku , memang aku sayang terhadap Dimas tapi sebagai sahabat.hari
demi hari Dimas agak berubah dengan tampil lebih keren dan gaya dia tampak
lebih ganteng, sampai – sampai Sisil jadi suka sama Dimas. Sisil selalu deketin
dimas, tapi Dimas selalu menghindar dari Sisil karena merasa risi dengan
kecentilan Sisil. Sejak mengungkapkan perasaanya padaku dia makin perhatian
padaku dan membuatku merasa nyaman saat di dekatnya. Suatu ketika dia
mengungkapkan perasaannya lagi padaku, di kantin sekolah dia naik ke atas meja
dan berkata.
“Nara maukah kau jadi pacarku? Kau
adalah cinta pertamaku dan aku yakin kau juga cinta terakhirku”.
Teman – temanku saat itu semua berteriak
“terima..terima...terima,” begitu juga sahabatku Safa. Dengan malu aku
menganggukkan kepalaku dan berkata
“iya Dimas aku mau”.
Dimas turun dan langsung memelukku. Keberanian
Dimas yang membuat aku salut padanya, aku ga pernah menyangka Dimas bisa
berubah menjadi seseorang yang lebih baik. Akhirnya aku menjadi pacar Dimas,dan
untuk Safa dia masih Sahabat kami, selalu bersama kami, dan masih sering
berkumpul dengan kami. O ... ya Safa juga tengah dekat dengan seorang laki –
laki anak XII.IPS , Doain aja semoga mereka bisa cepet jadian biar aku dan Safa
bisa double date,hehehe.
Cinta sulit untuk di tebak dan di mengerti,
yang aku mengerti cinta datang karena terbiasa, hanya butuh waktu untuk
mengerti akan cinta yang sesungguhnya. Itulah cerita cintaku di bangku SMA ,
kisah cinta yang menurutku tak serumit batik Jogja. Bagaimana tidak, cinta yang
selama ini aku tunggu ternyata sudah lama di hadapanku. Sahabatku sendiri, yang
selalu ada buat aku. Kini telat menjadi bagian dari hidupku dan bodohnya aku
yang tidak menyadari akan kehadiran cinta itu.
0 komentar:
Posting Komentar